English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 29 September 2011

Tipu Daya Setan Di Perang Badar

|

Ayat berikut melukiskan bisikan dan rayuan setan terhadap kaum musyrikin supaya berangkat berperang. Kemudian mereka mendapatkan kehinaan, kekecewaan, kerugian, dan kesusahan.

وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لاَ غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَّكُمْ فَلَمَّا تَرَاءتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِّنكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لاَ تَرَوْنَ إِنِّيَ أَخَافُ اللّهَ وَاللّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: 'Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.' Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata: 'Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah.' Dan Allah sangat keras siksa-Nya." (QS. Al-Anfaal: 48)

Mengenai ayat ini dan peristiwa yang diisyaratkannya, terdapat beberapa riwayat. Tetapi, tidak ada yang berupa hadits dari Rasulullah saw. kecuali apa yang diriwayatkan Imam Malik di dalam Al-Muwatha’.
Kami, sesuai metode kami di dalam azh-Zhilal, tidak memaparkan urusan-urusan gaib ini dengan perincian yang tidak terdapat di dalam nash Qurani atau hadits Nabawi yang sahih dan mutawatir. Karena, ini termasuk urusan akidah yang tidak dapat ditetapkan kecuali dengan nash yang demikian derajatnya (sahih lagi mutaawtir). Tapi, pada waktu yang sama, kami juga tidak bersikap menolak dan mengingkarinya.

Dalam peristiwa ini terdapat nash Alquran yang menetapkan bahwa setan menampakkan indah kepada kaum musyrikin itu mengenai perbuatan mereka. Juga membangkitkan semangat mereka untuk pergi berperang serta menyatakan akan melindungi dan menolong mereka.

Sesudah itu, ketika kedua pasukan itu bertemu, yakni saling melihat, “Setan itu balik ke belakang seraya berkata, ‘Sesungguhnya saya berlepas diri dari kamu. Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat. Saya takut kepada Allah. Allah sangat keras siksa-Nya.”

Maka, setan membiarkan mereka dan meninggalkan mereka menghadapi akibatnya. Ia sama sekali tidak menetapi janjinya kepada mereka.
Akan tetapi, kita tidak mengetahui bagaimana cara setan menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka itu. Lalu, ia berkata kepada mereka, “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku akan melindungi kamu sekalian.” Juga tidak mengetahui bagaimana cara dia berbalik ke belakang dan berkata sesudah itu.

Hanya caranya saja yang tidak dapat kita pastikan. Karena, urusan setan itu semuanya adalah urusan gaib. Tidak ada jalan bagi kita untuk menetapkan sesuatu pun dari urusannya kecuali sebatas yang ditetapkan oleh nash yang dapat diterima. Sedangkan, dalam hal ini, nash tidak menyebutkan caranya, melainkan hanya menetapkan terjadinya peristiwa itu.

Al-Baidhawi berkata di dalam tafsirnya, “Setan menimbulkan pemahaman yang keliru kepada mereka bahwa sikap mereka mengikutinya dikira sebagai tindakan pendekatan kepada Allah, dan Allah akan melindungi mereka. Sehingga, mereka berkata, ‘Ya Allah, tolonglah yang lebih lurus jalannya dari kedua golongan ini, dan agama yang lebih utama dari kedua agama ini (Islam dan syirik).”

“Maka tatakala kedua pasukan itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan berbalik ke belakang…
Yakni, ketika kedua pasukan perang itu sudah berdekatan, dan masing-masing mengetahui keadaan yang lain. Sebelum terjadi kontak senjata dan api peperangan berkobar, setan berbalik ke belakang, yaitu arah antara kedua tumit (bagian belakang kaki).

Kelirulah ahli tafsir yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan saling melihat itu adalah bertemu. Yang dimaksud adalah bahwa setan menghentikan tipuannya yang menampakkan baik perbuatan mereka. Maka, perkataan ini merupakan perumpamaan, yang menyamakan kata bisikan setan dengan menyebutkan keadaan orang yang menghadap kepada sesuatu. Juga menyamakannya kata meninggalkannya dengan keadaan orang yang berbalik ke belakang.

Kemudian ditambahkan keterangan yang menunjukkan berlepas dirinya setan dari mereka. Lalu, dibiarkannya mereka dengan segenap urusan mereka, sembari berkata, “Seungguhnya aku berlepas diri dari kamu sekalian. Aku melihat apa yang tidak dapat kamu lihat. Sesungguhnya aku takut kepada Allah.”

Yakni, setan berlepas diri dari mereka, dan takut terhadap sesuatu yang bakal menimpa mereka. Ia putus asa terhadap keadaan mereka ketika melihat pertolongan Allah kepada kaum muslimin dengan menurunkan para malaikat. “Allah sangat keras siksa-Nya”, mungkin ini perkataan setan, dan mungkin kalimat baru (firman Allah lagi).

Saya katakan, ini berarti bahwa tentara setan yang buruk itu membisikkan kepada kaum musyrikin dengan bergaul intim dengan ruh-ruh mereka yang buruk. Tujuannya untuk merayu dan menipu mereka sebagaimana halnya malaikat memberikan ilham kepada kaum mukminin, dengan bergaul intim dengan ruh-ruh mereka yang baik.

Yakni, untuk memantapkan hati mereka, dan menambah kepercayaan mereka kepada janji Allah untuk memberikan pertolongan kepada mereka.

CoReTaN-CoReTaN DiNdiNG YaNg LaiN



JaNGaN LuPa BaCa YaNG LaiN | DaN TiNGGaLKaN CoReTaN SoBaT | Support by AcHoN'x

0 komentar:

Posting Komentar

KoMuNiTaS Q

Copyright © 2011 SeenTHiNGS

Template N2y Shadow By Nano Yulianto