English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 21 Januari 2012

0

Do'a Untuk Ayah Dan Ibu Ku

|
Saat ini hatiku tengah sangat perih. Perih yang menyayat hati. Perih karena belum juga membuat kedua orangtuaku bahagia. Apalagi menjadi anak sholeh yang berbakti. Sungguh masih jauh. Lalu, bagaimana aku bisa bermanfaat untuk kedua orangtuaku ?

Aku masih terus meneror orangtuaku setiap kali telepon. Meminta uang. Menumpahkan kemarahan dan keluh kesahku. Bersedih. Dan banyak lagi yang kulakukan untuk membuat keduanya terbebani dan kesusahan. Sungguh tak sanggup membeberkan segala kelakuan diri yang menyakiti orangtuaku. Membuatku semakin perih.

Kesadaran mulai merayap dalam hatiku. Sadar akan cinta kasih keduanya yang sangat melimpah padaku. Kesadaran yang hilang timbul. Kadang membuncah seperti sekarang. Teringat semua yang mereka lakukan untukku. Segala pengorbanan dan perjuangan untuk membuatku bahagia. Bagaimanalah aku sering melupakannya.

Aku malah lebih sering mengobral janji dan berkata dusta. Bahwa aku berusaha semangat untuk menyelesaikan kuliahku. Nyatanya aku malas-malasan dan kadang putus asa. Bahwa aku akan lulus tahun ini. Tapi, aku belum menunjukkan bukti yang lebih nyata. Ya Allah, sungguh durhaka diriku...

Ibu selalu menasehati dan menenangkan aku. Tetapi diriku lebih sering menampik dan tetap menggerutu. Tak sepenuhnya laksanakan nasehatnya. Ibu berusaha membuatku tersenyum, tapi aku masih bersungut. Kenapa aku tak rasakan kasih sayangnya yang besar padaku ?

Karena hatiku beku. Ya, ketika itu hatiku sungguh mengeras oleh maksiat dan dosaku. Terbelenggu masalah dunia. Melupakan hakikat hidup. Hatiku jauh dari Allah.

Maka sekarang, aku bersyukur saat hatiku mulai meleleh. Melembut karena kesadaran itu. Merasakan cinta kedua orangtuaku yang sangat besar untukku. Kesadaran yang diberikan Allah. Agar aku ingat pada keinginanku yang sering terkubur oleh cinta dan kesenangan dunia. Keinginan untuk membahagiakan kedua orangtuaku.

Selama ini, aku masih belum bisa membuat orangtuaku bangga padaku, sedikit saja. Menjadi anak yang berprestasi, bermanfaat di masyarakat, atau sekedar baik lakunya sehingga disukai banyak orang. Apalagi menyelamatkan kedua orangtuaku di akhirat.
Teringat segala pemberian keduanya, baik materi maupun kasih sayang yang berlimpah padaku, hatiku semakin pilu. Karena sama sekali belum balas memberikan sesuatu. Hanya kasih sayangku yang tersendat-sendat untuk mereka.

Jadi aku sangat ingin memberika n sesuatu untuk orangtuaku. Yang membuat keduanya bahagia. Yang membuat keduanya sangat bersyukur memiliki anak sepertiku. Dan lebih indah lagi agar orangtuaku semakin dekat kepada Allah. Semakin bertakwa. Semakin cinta. Tapi, apalah yang bisa kuberikan. Tak ada. Aku tak punya apa pun.

Aku hanya bisa mendoakan. Memohon kepada Allah setiap akhir shalatku. Meminta kebaikan untuk orangtuaku. Itu pun tak selalu meresapi doaku. “Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”

“Ya Allah, aku memohon kepadaMu yang Maha Kaya lagi memiliki segala alam semesta. Memohon sesuatu yang bisa kupersembahkan kepada orangtuaku. Sesuatu yang bisa membuat orangtuaku bahagia. Membuat keduanya semakin bertakwa kepadaMu. Semakin cinta kepadaMu.”

“Aku mohon Ya Allah ya Rahmaan ya Rahiim... tolong sehatkan, lindungi, berkahi, cukupi mudahkan, dan bahagiakan serta selamatkan kedua orangtuaku di dunia dan di akhirat...”

“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari kiamat)” (Ibrahim : 41)

“Wahai Tuhanku, sayangilah kedua orangtuaku sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra’ : 24)

Ya Allah, semoga aku bisa mengantarkan bapak dan ibu ke surgaMu... Semoga aku selalu mencintai dan mendoakan ibu bapakku... Ya Allah, berikan kesempatan untuk membahagiakan ibu dan bapak, menjadi anak yang sholeh...

Oleh Najmi Haniva

Baca selengkapnya »

0

Menangis Dan Tertawa Bersama Umar

|
Suatu ketika Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam berkumpul dengan para Sahabatnya, Beliau berkata pada Umar,

“Coba ceritakan kepadaku yang membuat aku tertawa dan membuat aku menangis”.

Kemudian Sahabat Umar pun bercerita. ”Dahulu sebelum aku mengenal Islam, aku membuat patung berhala dari manisan. Lalu aku pun menyembah patung manisan itu.

“Demi lata uzza mannat engkau lah yang mulia, beri aku makanan sebagai rizki darimu” kataku. Waktu itu aku menyembah patung namun perutku sedang lapar. Selesai menyembah berhala aku menuju dapur, tak kudapatkan makanan disana lalu aku kembali keruangan persembahyangan. Tak ada makanan selain tuhan sesembahanku, akhirnya dengan rasa sesal aku memakan tuhanku sendiri yang kusembah sembah sebelumnya. Aku memakan berhala tersebut mulai dari kepalanya, terus tangannya hingga habis tak tersisa.”

Mendengar cerita Umar Rasul tertawa hingga kelihatan gigi grahamnya, Beliaupun bertanya,

”Dimana akal kalian waktu Itu?”

Umar Menjawab, “Akal kami memang pintar namun sesembahan kami yang menyesatkan kami.”

Lalu Rasul berkata kepada Umar,
”Ceritakan kepadaku Hal yang membuat aku menangis”?

Umarpun memulai ceritanya ”Dahulu aku punya seorang anak perempuan, aku ajak anak tersebut kesuatu tempat, Tiba ditempat yang aku tuju, aku mulai menggali sebuah lubang. Setiap kali tanah yang aku gali mengenai bajuku, maka anak perempuanku membersihkannya.

Dia tidak mengetahui sesungguhnya lubang yang aku gali adalah untuk menguburnya hidup-hidup, untuk persembahan berhala. Selesai menggali lubang, aku melempar anak perempuanku kedalam lubang. burrr….dia menangis kencang sambil menatap wajahku. Masih terngiang wajah anakku yang masih tidak mengerti apa yang dilakukan ayahnya sendiri dari bawah lubang."

Mendengar cerita itu Meneteslah air mata Rasul. Begitupun dengan Umar menyesali perbuatan Jahiliyyahnya sebelum dia mengenal Islam. (Pz/Kisah Islami)
Baca selengkapnya »

KoMuNiTaS Q

Copyright © 2011 SeenTHiNGS

Template N2y Shadow By Nano Yulianto